Selasa, 15 Maret 2011

SIAPA KAH SUKU BANGSA MINORITAS DAYAK ?

Kalimantan secara umumnya merupakan salah satu kepulawan terbesar kedua selain papuan dan Kalimantan Barat secara hususnya merupakan wilayah yang dijuluki propinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman. Sebagian besar penduduk Kalimantan Barat bekerja di sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan perdagangan. Agama yang dianut dikalimantan barat meliputi , Islam, Katholik, Protestan, Budha, Hindu dan penganut Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Secara Etnisitas diKalimantan secara umumnya dan kalimntan barat secara hususnya dihuni oleh berbagai suku-suku bangsa. Namun salah satu bagsa yang terbesar adalah Suku bangsaDayak yang tersebar di pedalaman kalimantan dengan berbagai jenis bahasa. Tepatnya istilah Dayak dikenal utuk mengeruping suku-suku bangsa minoritas di pedalam kalimantan yang dilakukan semajak jaman kolonialisme untuk tujuan penelitian semejak saat itu penyebutan ini masih belum permanen namun pada perkembaganya istilah ini menjadi populer dan permanen untuk penyebutan komunitas etnisistas atau suku-suku bangsa yang ada dikalimantan barat. Istilah Dayak ini menurut tulisan S. Djuweng dalam pepernya yang berjudul PEMBANGUNAN DAN PENINDASAN Pelajaran dari Masyarakat Dayak, yang dipresentasikan dalam lokakarya United Nation Economic and Social Council (UNESCO) di Jakarta menuliskan menyatakan bahwa "Dayak" adalah merupakan sebutan kolektif terhadap sekitar 405 kelompok etnolinguistik yang mendiami pulau Borneo. Mereka menamakan/dinamakan Iban, Kayan, Kenyah, Kanayatn, Maanyan, Ngajuk, Uut Danum, Bidayuh, Simpang, Pompakng, dan lain-lain. Menurut para peneliti, penamaan ini berdasarkan kesamaan Hukum Adat, Ritual Kematian dan Bahasa. Sebenyarnya penamaan sub-suku Dayak juga dapat didasarkan pada letak geografis kawasan adat mereka. Dia juga menjelaskan sedikit Menurut peryataan King (1978), Kedit (1988), dan Ukur (1992) mereka disebut Dayak karena memiliki persamaan-persamaan bentuk fisik dan unsur-unsur budaya seperti rumah panjang, persamaan-persamaan linguistik, korpus tradisi lisan, adsat istiadat dan hukum adat, struktual sosial, bentuk senjata, dan pandangan mengenai jagat raya. Hal lain yang juga serupa adalah pola hubungan relegius dengan tanah dan alam sekitar, pola pemanfaatan, pemilikan, dan ekstraksi sumber daya alam.
Suku Bangsa Dayak merupakan regenerasi pencampuran antara dua suku bangsa yaitu suku bagsa nengrito, suku bangsa pertama pindah dikalimantan pada masa 7000-6000 tahun SM, Dan suku bangsa Austronesia atau yang dikaenal dengan nama proto-melayu, yang hijrah dari asia tengara menetap di pulau Formosa selama seribu tahun sekitar tahun 4000 BC, kemudian ke Filipina 3000 BC, dari situ baru kebagian utara borneo 2,500 BC. ini yaitu mulai dari nengrito dan wedda, kemudian suku bangsa Austronesia atau yang dikaenal dengan nama proto-melayu, hijrah dari asia tengara, menetap di pulau Formosa selama seribu tahun sekitar tahun 4000 BC, kemudian ke Filipina 3000 BC, dari situ baru kebagian utara borneo 2,500 BC, dan terus yang lebih besar lagi adalah di sebut Deutero-Melayu. suku-suku bangsa Inilah yang merupakan kemudian melahirkan suku-suku bagsa dayak yang ada dikalimantan saat ini yang berjumlaha 405 suku suku kecil berdasarkan catatan Tjilik Riwut dalam bukunya yang berjudul kalimantan memangil, mendiami kepulawan kalimantan sekarang. Jadi kalau bicara asli dan tidak aslinya penduduk diKalimantan menjadi tidak relepan lagi. Dan untuk mempertegas nya lagi dalam buku berjudul MOZAIK DAYAK yang tulisan Surjarni Alloy, Albertus, Chatarina Pancer Istiyani. Pada bagian ke 2. C. Perjalanan Manusia Dayak, No 2-3 yaitu Kalimantan Pada Massa Purbakala dan Imigrasi Orang Dayak di Hal 12-18, kutipan-kutipanya tentang perjalana suku-suku bangsa dikalimanan cukup menarik.
Suku Bangsa Dayak pada awal masih terkenal dengan kehidupan yang berkelompok berdasarkan genealogid, mengantukan diri pada alam (tanah dan kekayaan alam), dan tinggal dirumah-rumah panjang yang menjadi puncak perkembagan seni dan kebudayaanya merka serta sebuah simbol kesatuan dan persataun yang berazaskan kebersamaan. Hal ini dapat terlihat dengan jelas dibagunan ini memeiliki dua peran dan fungsi kegunaanya yaitu : Pertama bagian Bilik yang dimiliki secara keluarga (ayah, ibu, anak) yang berfungsi serta perananya sebagai tempat atau ruangan berkumpul keluarga(ayah, ibu, anak). Kedua bagian amin (Bahasa Kayan) merupakan bagian yang terbuka, memeiliki fungsi keguanaan yang relatif banyak selain dari pada digunakan untuk semua orang boleh berbaring dan tidur, bercengkrama satu sama lainnya serta saling berinteraksi sosial disana. Namun ruangan ini juga memiliki Fungsi keguanan yang terpenting yaitu sebagai tempat bermusawarah untuk mencapak mupakat bagi dalam menetukan proses demokratisasi dikomunitas penghuni rumah panjang tesebut. Terkait dengan itu juga dimana Tardisi dan kebudayaan mereka masih terkait erta dengan kebudayaan-kebudayaan lisan.

0 komentar: